KUPANG,MT.NET - SUASANA sesudah Kebangkitan Kristus yang mustinya membuat kita masih terlarut di dalam
sukacita, ternyata di luar dari kebiasaan. Kita semua, tanpa kecuali masih dirundung oleh
kecemasan dan bahkan ketakutan akan ancaman pandemi Corona virus yang masih saja terus
mewabah. Kecemasan dan bahkan ketakutan yang kita alami ini kurang lebih sudah pernah
dialami oleh para rasul Yesus, sebagaimana yang diceriterakan dalam injil pada hari Minggu Kerahiman ini. Murid-murid berkumpul di suatu tempat pintu yang terkunci karena mereka
takut kepada orang-orang Yahudi. Injil Yohanes menulis :”Pada waktu itu datanglah Yesus
dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! Damai
sejahtera bagi kamu!”
Sangat manusiawi bila Petrus dan kawan-kawan dibaluti kecemasan bahkan ketakutan
mendalam terhadap orang-orang Yahudi. Karena mereka melihat sendiri, bagaimana Yesus
yang dianiaya dengan sangat kejamnya oleh para algoju hingga wafat di salib. Karena itu
mereka memilih untuk selalu tinggal di dalam rumah.
Rumah menjadi pilihan aman untuk menenangkan kecemasan dan ketakutan. Rumah juga
menjadi tempat doa. Mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa,
sebagaimana dilukiskan dalam Kisah Para Rasul bab 2:42b, dalam bacaan I.
Memecahkan roti dan berdoa, adalah kebiasaan yang mereka selalu lakukan bersama Yesus,
ketika Yesus masih bersama mereka. Maka tindakan memecahkan roti dan berdoa adalah
aktualisasi dari perintah Yesus, pada saat Malam Perjamuan Terakhir:” Lakukan Ini, sebagai
Kenangan Akan Daku (Luk. 22: 19 bdk. 1 Kor. 11:24). Sebagai kenangan mereka Guru dan
Tuhan, mereka memecahkan roti dan berdoa dalam keheningan pada sebuah ruangan yang
terkunci rapat.
Pada situasi seperti inilah, tanpa diduga, Yesus Guru dan Tuhannya datang menjumpai
mereka dan berseru:” Damai sejahtera bagi kamu! “
Ini sapaan khas Yesus. Karena itu muridmurid-Nya langsung bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. Sapaan itu segera diikuti
dengan pengutusan:” Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku
mengutus kamu. Kemudian Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus
Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni.”
Mandat pengutusan para rasul disertai dengan jaminan penyerataan Roh Kudus. Roh yang
menghalau ketakutan. Roh yang memberikan kekuatan, serta roh yang memberikan
pengampunan.”-Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya akan diampuni-.
Kuasa pengampunan yang diterimakan Yesus kepada para rasul sejalan dengan Minggu
Kerahiman yang semestinya dirayakan hari ini. Minggu Kerahiman ditetapkan pada tanggal 30 April
2000, oleh Paus Yohanes Paulus II melalui pengumumannya bahwa Hari Minggu Paskah II
dirayakan sebagai Hari Minggu Kerahiman Ilahi. Paus Yohanes Paulus II, bahkan sampai saatsaat terakhir hidupnya pada tanggal 2 April 2005, beliau menuliskan pesan kepada dunia. Isi
pesan ini kemudian diumumkan pada saat doa Angelus pada hari Minggu Kerahiman Ilahi, 3
April 2005. Pesan itu berbunyi: "Sebagai karunia kepada umat manusia, yang kadang tampak
bingung dan terdesak oleh kuasa kejahatan, egoisme, dan ketakutan, Tuhan yang bangkit
menawarkan kasih-Nya yang mengampuni, mendamaikan, dan membuka kembali hati bagi
kasih. Inilah sebuah kasih yang mempertobatkan hati dan memberikan damai. Betapa dunia
perlu mengerti dan menerima Kerahiman Ilahi!”
Saudara-saudaraku yang berada di rumah-rumah yang terkasih dalam Kristus yang bangkit,
Kerahiman Ilahi, adalah wujud tak terbantahkan tentang belaskasih untuk keselamatan
manusia secara paripurna. Keselamatan yang paripurna bagi manusia harus terus-menerus
berjalan hingga akhir zaman. Maka Yesus Kristus setelah bangkit Dia harus menjumpai muridmurid-Nya untuk mengutus mereka ke seluruh dunia:” Sama seperti Bapa mengutus
Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” Tugas pengutusan pewartaan yang berciri
khas pengampunan, sehingga Yesus berkata kepada mereka :” Jikalau kamu mengampuni
dosa orang, dosanya akan diampuni.”
Mengapa pengampunan ini mewarnai perutusan para rasul? Karena Yesus yang tahu pasti hati para
murid-Nya. Mereka masih mendendami kejahatan orang-orang Yahudi yang menyiksa
Gurunya hingga wafat di kayu salib. Lebih jauh dari itu, secara universal manusia di segala
zaman, masih terlilit dengan kedagingannya, dengan dosa-dosanya. Karena itu warta
pengampunan menjadi pintu masuk untuk mewartakan Yesus yang bangkit. Maka
pengampunan serentak menggambarkan Wajah Kerahiman Ilahi, Wajah Belas Kasih Tuhan
bagi manusia. Pengampunan tiada pamri tertentu. Pengampunan yang tiada bisa ditakar
karena pengampunan Tuhan adalah pengampunan yang memerdekakan, yang harus dimulai
dalam diri para rasul, yang diwakili oleh Thomas yang masih kurang percaya karena masih
terbelunggu rasa cemas dan takut, sehinggan dengan nacuh tak aku dia berkata: "Sebelum
aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam
bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan
percaya. Thomas sungguh dililiti kecemasan dan ketakutan yang kuat membuat membuat
imannya akan kehadiran Yesus tergoyahkan.
Yesus tidak tunggu lama-lama, membiarkan Thomas tenggelam tak berdaya dalam
kebimbangan dan kerapuhan imannya akan DIA. Karena itu Dia berinisiatif menjumpasi
mereka sekali lagi. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengahtengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu! Kemudian Ia berkata kepada
Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan
ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” Thomas
Didimus menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku (Yoh. 20:27-28).
Jika Yesus berpikiran seperti kita manusia, - akh mau peduli apa dengan Thomas itu. Persetan
dengan dia. Mau buat apa dengan dia, tokh dia cuma satu orang saja. Kenapa juga perduli
dengan dia!? – Tetapi pikiran kita bukanlah jadi barometer pikiran Yesus. Yesus yang adalah
Guru dan Tuhan itu punya pikiran sendiri. Bagi Yesus, penyelamatan manusia secara utuh paripurna, itu misi mulia-Nya. Karena itu, Dia harus beri kepastian pada Thomas. Dia harus
yakinkan Thomas dengan kata-kata yang pernah juga didengarkan oleh Thomas kala Yesus
ada bersama mereka:” Damai Sejahtera Bagi Kamu!” Maka kata-kata ini adalah penghalau
keraguan, tetapi secara implisit adalah juga kata-kata pengampunan Yesus kepada Thomas.
Jadi kata-kata “Damai Sejahtera Bagi Kamu,” sejatinya adalah kata-kata pengampunan yang
memerdekakan Thomas. Keragu-raguannya lenyap seketika. Sikap skeptis/acuh tak acu pun
hilang. Ketakutannya luruh. Yang tergantikan kini adalah sukacita dan keberanian. Sukacita
atas sebuah pengampunan yang tiada bertepi. Dan keberanian untuk mengampuni orang
lain, sebagai wujud dari Wajah Allah yang Maha Rahim.
Kita, ibarat para murid Yesus. Masih terkungkung dalam kecemasan, terbelenggu dalam
ketakutan oleh karena corona virus. Musuh yang tidak kelihatan itu kapan saja dapat
mematikan manusia, bila tidak taat pada protokoler pemerintah:” Di rumah saja, jaga jarak
dan selalu gunakan masker.” Walau kita di rumah, kita kadang dirundung cemas, bahkan
didera rasa takut. Dalam situasi seperti inilah Yesus hadir secara rohani dalam Sabda-Nya
dalam Injil:” Damai Sejahtera bagi Kamu.” Maka kita harus sadar, -sesadar-sadarnya – bahwa
Yesus sungguh hadir sekarang ini – kini dan di sini – Dia hadir untuk menghalau kegelisahan
dan ketakutan kita. Dia juga hadir untuk mengutus kita. Pengutusan kita adalah pengutusan
yang membawa sukacita dan pengampunan. Pengampunan akan melahirkan kemerdekaan
manusia. Manusia yang merdeka adalah manusia yang percaya sekaligus bersukacita dalam
Kasih dan Kerahiman Sang Ilahi. Dalam sukacita kerahiman Allah itu lah bersama Petrus kita
berseru:” Terpujilah Bapa dan Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang
besar, telah melahirkan kita kembali, oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati,
kepada suatu hidup yang penuh pengharapan (1 Pet.1:3).”