mutiaratimmur.net- Provinsi NusaTenggara Timur telah masuk era New Normal, setelah tiga bulan terpenjara dalam
kungkungan corona virus. Virus yang awalnya sungguh ditakuti oleh manusia karena mematikan
justru pada masa new normal ini, manusia malah “dipaksakan” untuk “hidup berdampingan”
dengan musuh yang tidak kelihatan itu. Jadi sebenarnya kita berada dalam era new normal yang masih abnormal. Karena corona virus masih ada di bumi flobamora ini maka dia harus terus dilawan.
Dalam kerangka pikir itulah maka Yayasan Care Peduli Kupang dan CIS Timor, yang bermitra
dalam program Partnership for Resilience (PfR) atau Kemitraan untuk Ketangguhan melakukan
lokakarya internal pada hari ini Kamis, 2 Juli 2020 di Swiss - Bellin Kristal Hotel.
Lokakarya dengan
penerapan protokoler kesehatan yang ketat ini dibuka oleh Angel Christy Patricia, Project
Manager, Care Kupang. Dalam pembukaan itu beliau mengatakan bahwa tujuan dari lokakarya internal ini adalah untuk mendiskusikan program respon COVID-19 gelombang kedua secara keseluruhan, membagi peran, tanggung jawab, dan ekspektasi kontribusi staf CIS Timor dalam implementasi kegiatan yang dikelola oleh CARE; sekaligus mendapat proyeksi beban kerja tim selama implementasi respon gelombang kedua.
Program ini adalah kelanjutan respons covid-19
gelombang pertama yang sudah dilaksanakan pada bulan Mei 2020 di sepuluh desa dan kelurahan dampingan Care-CIS yang tersebar di kabupaten TTS, Kupang dan Kota Kupang.
Angel, kepada seluruh tim PfR, yang berjumlah delapan belas orang, yang terdiri dari Staf Care
empat orang dan delapan belas orang dari CIS Timormengungkapkan empat kegiatan besar yang
akan diimplementasikan oleh Care dan CIS Timor selama tiga bulan, yakni bulan Juli sampai
dengan September 2020.
Presentasi ini kemudian diikuti dengan kerja kelompok untuk memetakan kegiatan menurut
timing (waktu pelaksanaan) dan kemampuan sumber dayapada lembaga mitra.
Presentasi lanjutan, dibawakan oleh Caningsi Bunga, Gender Officer CIS Timor. Materinya
tentang Gender Based Violence (Kekerasan Berbasis Gender)yang dialami oleh kaum perempuan
selama masa pandemic. Ningsi dalam presentasi itu mengatakan bahwa Care dan CIS Timor
turut berupaya dalam mengisi ruang kerjasama teristimewa dalam kaitan dengan pencegahan
dan penanganan kekerasan berbasis gender, baik itu kekerasan fisik maupun psikis. Karena itu maka Care dan CIS Timor akan mengimplementasikan kegiatan yang berhubungan dengan
pengaktifan kembali mekanisme complain kekerasan berbasis gender, training untuk focal point
pencegahan Gender Based Violence di level kecamatan dan desa/kelurahan.
Selain itu, ada juga kegiatan penyusunan modul mini tentang kekerasan berbasis gender. Untuk implementasi
kegiatan ini, Care dan CIS akan berkolaborasi dengan DP3A Kabupaten dan Kota, Rumah Harapan GMIT dan Gender Working Group.
Selain Gender Officer, para peserta diperkaya pengetahuannya dengan presentasi materi
tentang produk Knowledge Managemen dalam respon COVID-19 gelombang kedua, oleh Willy
Fangidae, Knowledge Managemen OfficerCIS Timor. Dalam mempresentasikan materi itu Willy, demikian panggilan hariannya, meminta agar setiap anggota tim PfR dapat menghasilkan tulisan
yang menceritakan tentang praktek baik para penerima manfaat program untuk dapat
dipublikasikan dalam news letter CIS Timor yang terbit setiap bulan.
“ Care dan CIS Timor tidak berhenti pada lokakarya mini, melainkan akan mengimplementasikan
program-kegiatannya demi penyelamatan manusia seutuhnya. Jadi, lokakarya ini harus bermuara pada aksi Cura Hominum,” demikian Roswitha Djaro, Coordinator Program menutup kegiatan ini.***(GSA)