Mutiaratimur.net- Kepergian Frans Lebu Raya, Gubernur 10 Tahun, Periode 2008-2018 pada Minggu (18/12) membuat NTT terselimut dalam duka cita yang mendalam. Paling tidak selain anak isteri, keluarga besar Adonara, Lamaholot, Maumere, dan Denpasar juga para sahabat yang pernah gayuh bersama dalam perjalanan hidup dengan Beliau. Para sahabat baik di dunia politik, pemerintahan ataupun saat menjadi pegiat LSM saban waktu, tempo doeloe.
Seorang sahabat karib yang benar-benar mengalami kebersamaan di tahun 90-an pada pergerakan di dunia akar rumput, LSM, ketika membaca messenger WA dia sungguh merasakan kesedihan pada seorang Putera Adonara, Nusa Tadon, Frans Lebu Raya sahabatnya. Saking rasa kehilangan ini membuatnya menulis tentang pahlawan pemberdayaan masyarakat grassroot tahun 90-an kini telah pergi. Tulisan tentang beliau memang tidak banyak, tapi yang penting melepaskan ekpresi akan kepergian seorang kolega.
Melalui WA, inti tulisan tentang seorang pemimpin yang tak lupa pada orang kecil. Ia begitu mencintai orang kecil sehingga walaupun menjadi orang nomor satu NTT, tapi masih punya hp senter usang sejak masih sebagai pendamping masyarakat dan tetap dipertahankan. Dengan pertimbangan akan kehilangan komunikasi dengan mereka, masyarakat desa yang nun jauh dari kebisingan kota.
Sahabat itu adalah Vinsen Simau, aktivis LSM dalam dunia pemberdayaan masyarakat. Seorang yang tetap fokus dengan pengembangan masyarakat kecil pedesaan. Vinsen menulis sebagai sebuah kenangan dengan Frans Lebu Raya sebagai berikut:
"Ketika saya bolak-balik kembali catatan pribadi saya, ada sebuah ceritera menarik bersama Sahabatku, Almarhum Frans Leburaya pada tanggal 19 Maret 2011 di rumahnya, Oepoi, Kupang.
Sebelum tanggal itu, beliau menelpon saya untuk mendatangkan seorang petani binaan saya dari Desa Fatuoni, Amanatun Utara, (kabupaten- red) TTS, yang bernama : Barnabas Neonbanu, yang sebenarnya sudah dikenal oleh beliau saat masih sebagai orang LSM di tahun 1997, tanpa ketahuan saya," tulis Vinsen.
Vinsen Simau melanjutkan kisahnya, "ketika sang petani itu tiba di rumah saya di Kupang, saya membawanya ke rumah beliau (Fran Lebu Raya-red) di Oepoi. Sesampai di Oepoi, saya menemui beliau sedang mengutak-atik sebuah Hp senter (hp usang-red), jadul (jaman dulu), yang rusak, (tapi bisa aktif-red). Saya menyuruh beliau untuk buang saja hp jadul itu, masahk seorg gubernur tidak bisa beli hp yang canggih," ungkap Vinsen salah satu pemikir dan desainer pertanian lahan kering di lingkup LSM.
Kisahnya lagi beliau bilang pd saya : " teman, hp ini jadul, dan bisa dibuang, masahk seorg gubernur punya hp begini. Tapi, teman tahu, nomor-nomor yang ada di dalam ini, sangat penting, hp bisa dibuang, tapi nomor-nomor hp ini tidak bisa dibuang, karena sulit untuk dapatkan kembali. Lalu saya tanya, " nomor-nomor siapa itu?". Beliau katakan : " itu nomor-nomor teman-teman petani kita di desa-desa binaan kita. Teman pasti tahu, ketika kita sudah jadi orang besar seperti ini, mereka yang kecil di kampung-kampung akan menjauh, karena itu, nomor-nomor hp ini adalah satu-satunya alat yang bisa mendekatkan kembali saya dengan mereka. Jawab saya : jadi teman masih kangen mereka? Jawab beliau : iya teman. Saya akan kembangkan program untuk mereka yang ada di kampung-kampung, agar mereka mengelola hidupnya dengan lebih baik, teman.
Vinsen pun menulis,"setelah munculnya, program Anggur Merah, saya baru paham atas ucapan beliau sebelumnya tadi. Dari bincang diatas, saya katakan bahwa om Bas Neonbanu sudah ada, dan silahkan teman lanjutkan dengan om Bas, untuk urusan bersamanya.
Menurut Vinsen disinilah ada pelajaran yang menarik dari beliau, yang ternyata tetap ingat kepada orang-orang kecil."*(bungmarmin)