JAKARTA, mutiaratimur.net // Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mengingatkan bahwa saat ini dunia tengah mengalami perubahan geopolitik, tidak lagi di bawah dominasi tunggal seperti ketika berakhirnya perang dingin. Dunia kini berada pada situasi multipolar. Negara-negara besar yang kuat secara ekonomi dan militer saling bersaing untuk memperebutkan pengaruh ekonomi dan politiknya secara global maupun regional. Bukan hanya di Eropa Timur, tetapi juga terjadi di Timur Tengah. Bahkan di kawasan Laut China Selatan yang sewaktu-waktu dapat melahirkan eskalasi ketegangan.
Dalam seminggu terakhir, misalnya, dunia dikejutkan dengan gejolak di Eropa Timur, yaitu ketika militer Rusia akhirnya masuk dan menyerang ke wilayah Ukraina. Konflik ini menciptakan ketegangan global yang melibatkan kekuatan ekonomi dan militer terkuat dunia, Rusia di satu pihak dengan Amerika Serikat, Uni Eropa dan NATO di pihak lain. Pada hari pertama konflik terjadi, dampaknya langsung dirasakan seluruh dunia.
"Harga minyak sempat melambung menyentuh angka 100 USD per barel dan pasar keuangan global merespon secara negatif. Jika perang berlangsung lama, diperkirakan harga minyak dunia dapat menembus ke level 150 USD per barel. Dapat mendorong terjadinya hiperinflasi global termasuk di Indonesia, mengingat Indonesia merupakan negara importir minyak," ujar Bamsoet saat melantik pengganti antar waktu (PAW) Anggota MPR RI Moh. Haerul Amri dari Fraksi Partai Nasdem dan Hendris Sitompul dari Fraksi Partai Demokrat di Gedung MPR RI, Jakarta, Rabu (2/3/22).
Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menjelaskan, salah satu tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah 'Ikut Melaksanakan Ketertiban Dunia yang Berdasarkan Kemerdekaan, Perdamaian Abadi, dan Keadilan Sosial', sebagai bagian integral dari kesejahteraan dan keadilan sosial bagi bangsa Indonesia. Karenanya perang dengan alasan apapun selalu membawa petaka, kehancuran dan kesengsaraan, harus segera dihentikan.
"Kita sangat berharap konflik militer Rusia dan Ukraina tidak berlangsung lama dan segera menuju jalan damai melalui perundingan yang menghasilkan perdamaian permanen. Indonesia sebagai negara bangsa yang berdaulat tentunya memiliki peran strategis di kancah global, terlebih Indonesia kini memegang Presidensi G-20 yang pada puncaknya 20 pemimpin dunia akan bertemu pada KTT G20 di Bali, bulan Oktober nanti," jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menerangkan, konflik dan ketegangan global meski jauh di seberang benua, tetap memberikan dampak yang dirasakan langsung oleh masyarakat Indonesia hingga ke desa-desa. Diantaranya adalah gejolak harga komoditas global, kelangkaan minyak goreng hingga kenaikan harga kedelai. Di luar negeri muncul krisis energi di Inggris akhir tahun lalu yang memicu kenaikan komoditas energi, seperti minyak, gas dan batubara, hingga berdampak pada kenaikan harga-harga komoditas turunan-nya, seperti CPO.
"Dunia juga merasa was-was dengan tingginya inflasi di Amerika Serikat dalam empat bulan belakangan ini, hingga menyentuh level 7,5 pada Januari lalu. Dampaknya harga-harga komoditas impor dari Amerika Serikat meningkat, salah satunya kedelai. Kebijakan The Fed dalam mengatasi inflasi tentunya akan memberikan konsekuensi pada pergerakan finansial di seluruh dunia, terutama dengan kenaikan suku bunga," terang Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menekankan, situasi tersebut perlu diantisipasi dan direspon secara tepat dan efektif oleh pemerintah untuk memastikan rakyat yang baru berusaha bangkit di tengah pandemi covid-19, tidak terbebani oleh kenaikan harga serta kelangkaan kebutuhan pokoknya. Mengingat ekonomi Indonesia baru saja berhasil kembali tumbuh positif 3,69 persen di tahun 2021, setelah tahun 2020 harus mengalami kontraksi hingga minus 2,07 persen.
"Tahun 2022 ini adalah momentum Indonesia untuk memainkan peran besar dalam menciptakan dunia yang damai, adil dan sejahtera. Kita tentunya ingin kepemimpinan Indonesia di G-20 tahun ini, kelak dikenang dunia sebagai awal terwujudnya tatanan dunia yang damai, tumbuh berkelanjutan serta menghapus segala penderitaan rakyat di dunia. Presiden Joko Widodo dalam pidatonya di Roma, Oktober lalu, telah menyatakan tema Presidensi Indonesia, yaitu 'Recover Together, Recover Stronger'. Sebuah komitmen Indonesia untuk membawa dunia yang lebih inklusif dan segera bangkit bersama-sama di tengah Pandemi Covid-19 yang masih berlangsung," pungkas Bamsoet. (*)