Foto: Kepala KPP Pratama Kupang, Ni Made Ayu Sri Liana Dewi dan Direktur Kepatuhan Bank NTT, Christofel Adoe serta Direktur IT dan Operasional Bank NTT Hilarius Minggu |
Kupang, mutiara-timur.com // Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kupang, Ni Made Ayu Sri Liana Dewi melakukan kunjungan kerja untuk koordinasi dengan Bank NTT sebagai wajib pajak strategis dan juga sebagai mitra dalam urusan pajak dari setiap warga masyarakat wajib pajak. Dalam hal Bank NTT sebagai wajib pajak strategis, capaian pembayaran pajak di tahun 2022 mencapaI 100 milyard lebih.
“Kami ke
Bank NTT hari ini bermaksud berkoordinasi dengan Bank NTT yang merupakan salah
satu Wajib Pajak strategis dan juga sebagai mitra kami yang membantu menerima setiap transaksi para
warga wajib pajak. Terkait pembayaran pajak Bank NTT, nilai pajaknya di tahun
2021 mencapai Rp 100 Milyard lebih,” ungkap Ni Made Ayu Sri Liana Dewi saat
jumpa Pers di Lantai 5 Kantor Pusat Bank NTT, Rabu (1/2/2023).
Ayu Sri
Liana Dewi mengatakan, terkait relasi kemitraan keberadaan Bank NTT sangat
membantu sebagai tempat penerimaan pajak, yang juga berkontribusi sangat besar
dalam pemenuhan target pajak pada KPP Pratama Kupang di tahun-tahun belakangan
ini. Diakuinya menjabat sebagai Kepala KPP Pratama Kupang sejak tahun 2021,
Bank NTT sebelumnya terkategori wajib
pajak dengan jumlah pajak terbesar.
“Tahun
sebelum saya bertugas di KPP Pratama Kupang yaitu 2020, Bank NTT juga menjadi Wajib
Pajak dengan mjumlah pajak terbesar,” ujar Ayu sapaan manisnya.
Ayu juga menerangkan
target penerimaan pajak KPP Pratama Kupang di tahun ini 2023 adalah 1,49
Triliun. Karena Itu diharapkannya adanya
dukungan Bank NTT terhadap programnya.
“Saya juga
berharap semoga kinerja Bank NTT tetap bagus. Saya saja yang karena bekerja di
NTT memberikan support untuk kemajuan NTT. Jadi minta support kita semua
termasuk teman-teman media,” ujarnya.
Ayu Sri
Liana Dewi juga menaruh harapan agar Bank NTT untuk membantu mensosialisasikan
integrasi Nomor Induk Kependudukan (NIK) menjadi Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP).
“Bank NTT ini pegawainya banyak, saya mohon
dukungan Bank NTT untuk membantu mensosialisasikan integrasi NIK menjadi NPWP,”
pinta.
Harapan ini
karena pengalaman relasi kemitraan
kantor Pelayanan Pajak Pratama Kupang dan Bank NTT yang saling mendukung dirasakan selama ini. Bank
NTT dengan berbagai terobosan Bank NTT program yang menarik, nyata dan terukur.
“Saya juga
sangat mendukung program Festival Desa Binaan Bank NTT dimana saya pernah dipercayakan
menjadi salah satu Tim Juri. Saya merasakan ini sangat menari dan saya
mendukung karena tidak hanya berkaitan dengan penyaluran kredit, tetapi ada juga peningkatakan kapasitas SDM
masyarakat pelaku UMKM di Desa yang diharapkan akan maju dan mandiri dalam
berwira usaha,” share Ayu.
Sementara itu Direktur Kepatuhan Bank NTT, Christofel Adoe dan Direktur IT dan Operasional Bank NTT Hilarius Minggu ketika diberi kesempatan, keduanya menyatakan pandangan masing-masing.
Christofel
Adoe melihat dari komitmen Bank NTT
sebagai Wajib Pajak yang patuh dan
disiplin. “Kami berkomitmen untuk menjadi Wajib Pajak yang tepat waktu dan tepat
jumlah setoran pajak,” ungkapnya. Sedangkan Direktur IT dan Operasional Bank
NTT Hilarius Minggu soroti tertibnya
Bank NTT menyetor pajak badan dari laba setiap tahun.
“Biasanya kita bayarkan tiap bulan, nanti
diakhir tahun akan dihitung ulang. Akhir tahun kami hitung laba komersil,
sebelum diaudit oleh Kantor Acounting Publik. Hitungan pajak badan secara
global, kurang lebih 22 persen dari laba yang diperoleh. Selama ini berjalan
baik karena ada proses tahapan yang diikuti. Itu selain pajak badan, kontribusi
kami Bank NTT sesuai PPH 21. Sehingga gaji
yang kami terima itu ada pajaknya dan dengan demiki selama setahun kontribusi
pajak kami itu Rp 100 Miliar lebih,”*()