Kupang, mutiara-tumur.com // Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT kembali Sukses memulangkan (repatriasi) 33 ekor kura-kura leher ular (Chelodina mccordi) atau kura-kura Rote dari Singapura ke habitat aslinya di NTT, Indonesia. Kura-Kura merupakan jenis hewan endemik unik dan satu-satunya di dunia. Keberadaan kura-kura Rote dihabitat aslinya selama ini terancam punah karena tahun-tahun sebelumnya ditangkap masyarakat dan diperjual belikan sampai keluar luar negeri. Karena itu BBKSDA NTT merasa bertanggungjawab sesuai tugasnya berupaya keras untuk melakukan repatriasi ke habitat aslinya di Kabupaten Rote. Upaya pemulangan hewan ini adalah kali ke dua setelah sebelumnya di tahun 2021 dan merupakan sebuah kesuksesan yang mengundang rasa haru bagi BBKSDA NTT.
Demikian Arief Mahmud, Kepala BBKSDA NTT kepada media, Selasa, (8/8/2023) di Kantor karantina hewan milik BBKSDA NTT Kota Kupang.
"Kami sangat terharu karena seluruh proses repatriasi ke-33 ekor kura-kura Rote sangat luar biasa atas dukungan keterlibat berbagai pihak dan patut kami ucapkan terimakasih," ungkapnya.
Pengembalian kura-kura Rote sejak di atas pesawat seluruh penumpang pun mengetahui dan menjadi topik pembicaraan mereka dalam penerbangan, Singapore Jakarta, Jakarta Kupang.
"Di atas pesawat Garuda pun perjalanan kura-kura Rote ini diumumkan kepada seluruh penumpang bahwa pesawat ini juga ada ditumpangi 33 ekor kura-kura Rote dari Singapura ke Jakarta dan Jakarta akan ke Kupang dan hal ini akhirnya diketahui dan menjadi bahan cerita penumpang soal kura-kura Rote," ujarnya.
"Hari ini merupakan hari yang sangat indah karena berkaitan dengan peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia ke 78, sejak kemarin tanggal 7 Agustus berangkat dan hari ini tanggal 8 Agustus tiba di Kupang, Indonesia, kami merasa bangga dan bahagia," tuturnya.
Pemulangan kura-kura Rote ini tentu tidak serta merta setelah ada di NTT, langsung dilepas bebaskan pada habitatnya. Namun yang perlu dilakukan adalah proses adaptasi dengan perlakuan tertentu selama beberapa waktu dan kemudian habitatnya dipersiapkan lalu dilepas ke alamnya.
"Kita berharap setelah pengembalian kura-kura Rote ini bukan berarti kita langsung lepas bebas atau liar saja di habitat aslinya, tetapi kita upayakan pengembanganbiakan populasinya, sehingga dari ke-33 ekor ada keturunannya F1, F2, F3 dan keturunan berikutnya yang nanti kita akan lepas liarkan di pulau Rote," jelas Arief Mahmud.
Dikatakannya juga ada kura-kura leher ular ini direpatriasi pertama dikarantinakan dan kembangbiakan sudah dapat bertelur 53 butir dan menurut kepala BBKSDA akan menjadi kura-kura baru yang nanti akan dilepasliarkan ke depan.
"Kami sebelumnya sudah melakukan kajian penelitian untuk meyakinkan bahwa kura-kura Rote yang akan dilepasliarkan dalam kondisi sehat dan baik, sehingga perlu dilakukan asesmen terhadap habitat maupun kura-kuranya. Karena kura-kura yang biasa diberi makan setiap hari berbeda dengan kura-kura yang di alam, dia harus dilatih difasilitas pada instalasi karantina hewan kami yang tersedia sebagai tempat habitat dengan kolam untuk penyesuaian. Makanan yang akan diberikan bukan makanan mati tetapi berupa ikan-ikan hidup," urainya.
Kepala BBKSDA menyampaikan perlakuan Ini sudah biasa diterapkan terhadap satwa-satwa liar sebelum dilepas liarkan.
" Kita harus melakukan pertama-tama assessment untuk menjamin bahwa sifat liar dari binatang tersebut tetap terjaga yang nantinya ketika di alam dia sudah bisa mencari makan sendiri. Demikian juga habitatnya kita lakukan assessment supaya di mana tempat dilepas menjadi habitat yang memang mendukung.
Perlu ada daya dukung yang menjadi aspek ruang tempat tinggalnya dan juga ketersediaan pakannya. Jadi kedua aspek ini harus kita pastikan lebih dahulu," papar Arief.
Lanjutnya, "dalam hal pemberian makan awalnya pasti secara bertahap mulai dengan disuapi dahulu setelah itu diberikan makanan hidup sehingga mereka bisa mencarinya sendiri."
Dalam rangka menjaga kelestarian kura-kura Rote supaya jangan punah kepala BBKSDA NTT mengharapkan agar masyarakat di sekitar habitat kura-kura Rote yang telah teridentifikasi atau di assesment agar bisa memberi dukungan terhadap upaya ini. Sebab hal ini menjadi potensi sebagai kekayaan alam pulau Rote yang bisa mendukung masyarakat dalam kehidupannya, mengingat bahwa habitat kura-kura Rote ini lebih banyak lahannya bukan di daerah konservasi tetapi milik pribadi. Karena itu ke depan BBKSDA NTT akan berupaya dengan pemerintah dan para pihak dalam mendukung pelestarian kura-kura Rote, maka masyarakat sekitar akan dilibatkan dan masyarakat akan mendapat manfaat melalui program pemberdayaan. Tujuannya supaya tidak terjadi tindakan-tindakan yang bisa merugikan masyarakat sendiri dan mengancam keberadaan kura-kura Rote.
"Mengingat habitat yang akan digunakan untuk kura-kura Rote merupakan danau-danau milik perorangan, maka masyarakat ini akan kita edukasi dan lakukan program pemberdayaan untuk bersama-sama dengan Pemerintah menjaga kura-kura Rote ini. Kami bersama para mitra telah sampaikan, bahwa untuk upaya konservasi terhadap spesies-spesies seperti ini kita tidak bisa bekerja sendiri kita harus melibatkan masyarakat," ulasnya meyakinkan .
Berbagai konsep pemberdayaan, disampaikannya bahwa BBKSDA NTT telah susun bersama masyarakat, sehingga nantinya ketika konservasi dilakukan masyarakat juga bisa dapat menerima manfaat. Potensi-potensi yang ada di Kabupaten Rote bisa diupayakan menjadi pemberdayaan bagi masyarakat, misalnya pohon aren selama ini hanya dikenal untuk menjadi sopi atau gula merah ini kita bisa tingkatkan lagi seperti menjadi gula semut yang menjadikan nilai tambah, yang dijual di hotel-hotel demikian pun potensi-potensi lain, seperti asam tidak hanya dijual buahnya, bahkan daun pun bisa dijadikan minuman kesehatan sebagaimana di Jawa Timur.
"Hal-hal semacam ini yang kita akan melakukan eksplorasi dan akan melakukan pemantauan terhadap potensi-potensi ini dan akan dikembangkan bersama para mitra demi masyarakat di Rote," tegasnya. *(go).