Iren Osman Angkat Karya Maestro Abineno Menari untuk Tuhan Dalam Film Dokumenter

Foto: Iren Osman Produser Film Abineno Menari untuk Tuhan 

Kupang, mutiara-timur.com // APRIYANI Ireny Osman, S. IP., M. Si atau sapaan manjanya Iren salah satu anak muda NTT memiliki kompetensi potensial dalam dunia perfilman kini mengangkat karya maestro Pendeta Hendrik Aleksander Abineno (Pdt.Hengky) yang memadukan kebudayaan dunia seni tari dalam liturgi Gereja Masehi Injil Timor (GMIT). 

Iren selaku Produser bersama Sutradara Abner Paulus Raya Midara, seorang dosen prodi ilmu komunikasi di Undana dan seniman pertunjukan teater memberi judul film karya maestro, "Abineno Menari Untuk Tuhan" dengan tahun  Produksi 2023, dan saat ini film ini masuk dalam nominasi 5 besar festival Film Flobamora tahun 2024.

Kepada media ini, Senin, 30 Juli 2024 di taman Budaya Gerson Poyk Kota Kupang, Iren mengungkapkan Film yang digarapnya mendapat dukungan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI dari dana indonesiana LPDP.

"Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset dan Teknologi mempunyai program khusus  melalui dana Indonesiana LDPP dalam mengangkat karya maestro di masyarakat untuk didokumentasi termasuk dalam bentuk film. Karena itu kami berusaha untuk membangun kerjasama dan mendapatkan dukungan untuk film Abineno Menari untuk Tuhan," ungkap Iren yang juga Ketua Komunitas Sudut Pandang.

Film Abineno Menari untuk Tuhan berdurasi 41,08 menit bertujuan memperkenalkan ke publik seorang maestro di bidang tari yang melestarikan kebudyaan lewat liturgi gereja GMIT digarap selama 6 bulan.

"Kami membuat film seorang maestro di bidang tari untuk memuji Tuhan selama 6 bulan dengan tim kami 10 orang. Ini modal utama kerjasama dalam pembuatan film, dan kerjasama ini juga melahirkan karya dalam proses pembelajaran," ujar putri blesteran Arab dan Rote ini.

Iren juga menegaskan dengan adanya film Abineno Menari untuk Tuhan semakin memperkuat semangat kebersamaan untuk melestarikan nilai budaya dan keimanan dalam memuji Tuhan sebagaimana dasar pikir sang maestro Pdt. Hengky sehingga tidak untuk dipertentangkan.

"Kami menjadikan karya maestro dalam film dokumenter karena kami menyadari, bahwa agama dan budaya adalah dua hal yang tidak perlu di pertentangkan, maka sang maestro Pdt. Hengky penggagas dan peletak dasar dengan referensi jelas dari kitab suci maka perlu dijaga dan dipertahankan," jelasnya.

Setelah memproduksi film tersebut, produser paras cantik alumni S2 program administrasi publik PT. Undana Kupang menutur, di kala mendengar kabar ada festival Film Flobamora NTT langsung mendaftarkan menjadi peserta.

"Kami mendengar kabar tentang festival film flobamora NTT dan kami mendaftarkan film kami dan yang mendaftar 78 Film, tapi mengikuti kompetisi 20-an film. Lalu masuk nominasi 5 besar termasuk kami, satu-satunya film dokumenter. Sebagai film dokumenter kami menaruh harapan agar film Abineno Menari untuk Tuhan dapat menjadi inspirasi bagi pelestarian budaya dan membantu mendorong perfilman di NTT," tutur Nona Iren.

Berdasarkan hasil pantauan media ini saat festival pemutaran film memang benar ada 5 film masuk kompetisi akhir. Selain film dokumenter ada 4 film pendek dengan judul Resilience, Kuan Bale, Tikungan Waktu dan Makan. Kelima film ini ditonton sekitar ratusan orang yang didominasi orang muda.

Dalam film Abineno Menari untuk Tuhan pemeran utama Pdt. Hengky sendiri yang terbetik suaranya bahwa sejak tahun 1988 dia telah memulai menyatukan budaya seni tari daerah Timor Amarasi dan Helong ke dalam Gereja GMIT. 

Upaya ini memang tidak mudah karena mendapat tantangan internal dari kaum ulama, pendeta lainnya yang lebih menekankan pada aspek kotbah. Namun demikian Pdt. Hengky tak putus asa,  terus melatih jemaat untuk menari dan dapat diperagakan di saat ibadah liturgi gerejani. Pendasaran beliau dengan mereferensikan pada Alkitab di kitab mazmur.

"Saya menyadari akan pontensi yang Tuhan anugerahkan dalam diri saya, sejak kecil saya suka menari. Sehingga ketika saya mencapai gelar diploma teologia di Solo dan bertugas melayani jemaat saya mulai kembangkan bakat menari saya dengan melatih umat. Upaya ini memang tidak mudah, karena saya mendapatkan tantangan dimana masih ada yang lebih menekankan melatih kotbah. Tapi saya berpikir sangat penting juga menari untuk memuji Allah disaat beribadat. Saya pun mencari pendasaran firman dari kitab suci dan itu saya temukan dalam Mazmur pasal 150 ayatnya yang ke- 1 sampai dengan ayatnya ke-6," demikian suara sang maestro dalam sorotan film. *(go)

Iklan

Iklan