By. Dyah H., Al Hayon
CATATAN reflektif dengan judul di atas melukiskan realita kehidupan hari-hari ini. Suatu praksis hidup yang sungguh diwarnai perilaku hidup "gandum" di antara "lalang" atau "lalang tumbuh bersama gandum.
Padahal dasar misi kehidupan bagi setiap orang adalah senantiasa berupaya menabur gandum disepanjang jejak-jejak kehidupan sejak dini, sejak hadir di unit sosial terkecil dalam masyarakat, yakni keluarga.
Fakta mencatat, manakala hidup diarahkan di luar lingkungan unit sosial terkecil itu, akan menghadapi situasi lalang yang sedang bersemi menanti. Niat dan upaya menabur dan menumbuhkan gandum mau tidak mau, suka tidak suka harus terjadi, dan berada di antara lalang.
Gambaran tentang kehidupan manusia seperti diidentifikasi di atas sangat jelas diuraikan Sang Tokoh Cerita dalam tulisan Matius, 13.36-43, "Lalang di antara gandum."
Tulisan Marius yang amat simbolistik itu diuraikan begitu sempurna. Seperti dan sesungguhnya "Gandum dan Lalang" adalah simbol kehidupan dan tantangan kehidupan.
Fakta di atas itu pula merupakan lukisan kehidupan, sketsa perjalanan hidup setiap manusia, perjuangan hidup dan sikap hidup yang harus mewarnai derap langkah kehidupan. Kehidupan yang memiliki awal dan punya akhir, di mana janji akhir dari kehidupan secara biblis adalah kebahagiaan abadi.
Fakta juga, bahwa dalam perjalanan menuju akhir kehidupan bagi setiap orang, setidak-tidaknya siap dan harus berseliweran bagai gamdum yang hidup di antara lalang, lalang yang siap tumbuh bersama dan bersaing dengan gandum. Fakta ini juga tidak harus dielak. Realitas membuktikan bahwa "gandum" selalu dicederai "lalang".
Pesan moralnya dan spiritual dari kisah "Lalang di antara gandum" adalah "Biarkan mereka bertumbuh bersama." Karena pada akhirnya gandum akan di kumpulkan di lumbung kebahagiaan dan lalang dikumpulkan di tampungan duka dan dibakar dengan api yang bernyala tidak berakhir. Siapa yang mau jadi lalang, siap terima resiko seperti itu.
Ingatlah selalu pesan Sang Tokoh Cerita, "Orang-orang benar akan bercahaya seperti matahari dalam kerajaan Keabadian."
Simbolik sepadan dan nyata dari pesan Sang Tokoh Cerita di atas, bahwa "Gandum adalah benih baik, dan "benih baik" itu adalah anak-anak Kerajaan. Sedangkan arti harafiah, Gandum adalah makanan, sumber kehidupan raga yang selalu mendapat perhatian dari setiap kita dan diupayakan.
Dari arti harafiah, gandum diangkat dalam analogi perumpaan berkaitan dengan kehidupan jiwa. Kemudian seperti ini penjelasan lanjutnya, "Gandum adalah benih baik dan Sang Tikoh Cerita menghendaki kita untuk menjadi benih yang baik.
Kehendak ini tidak hanya kehendak dari Sang Tokoh Cerita tetapi sebagai empunya atau sebagai warga Kerajaan Surga, hal demikian merupakan aturan utama dan hukum wajib. "Jadilah gandum yang baik!"
Penegasan "Jadilah Gandum yang baik, berarti artinya dari awal benihbyang baik, ditaburkan dan diharapkan bertumbuh di tanah kehidupan yang subur dan akhirnyan menghasilkan bulir-bulir gandum yang berkualitas.
"Berkualita" seperti yang dimaksudkan di atas, lebih merujuk kepada menghasilkan "Buah-buah premium di kehidupan nyata." Suatu kehidupan yang mempunyai arti dan nilai bagi kelangsungan hidup sendiri dan kehidupan manusia lain, sekarang dan nanti.
Lihatlah, gandum diproses menjadi tepung, tepung dijadikan Roti. Roti yang kita santap menjadi nutrisi bagi tubuh untuk tetap hidup dan berkembang.
Untuk itu sebagai pengikut dan pendengar Sabda Sang Tokoh Cerita, sangat diharapkan hidup yang dijalani ini bagai gandum pilihan, gandum premium dan berguna bagi kehidupan. Semoga.**