Prabowo dan Petuah Ben Mboi



Oleh Isidorus Lilijawa

Kader Partai Gerindra 


Mutiara-timur.com || SETIAP guru ada gurunya. Setiap politisi ada mentor politiknya. Karena memang tidak ada seseorang yang menjadi orang tanpa diarahkan, dibimbing dan didampingi oleh yang lain. Mentor adalah seseorang yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih luas dalam suatu bidang tertentu dan siap membantu orang lain untuk mencapai tujuan mereka dengan berbagi pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Mentor juga hadir dengan keteladanannya, contoh hidupnya, kata-kata motivasinya. 

Dalam Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Gerindra dan Apel Akbar Kader Gerindra yang digelar tanggal 30 – 31 Agustus 2024 lalu di Hambalang – Bogor dan Indonesia Arena Kompleks Gelora Bung Karno, Ketua Dewan Pembina / Ketua Umum Partai Gerindra yang juga presiden terpilih, Prabowo Subianto berkisah tentang mentor politiknya. 

Yang menarik dalam catatan saya, Pak Prabowo mengisahkan mentor politiknya dalam dua kesempatan yang berbeda. Yang pertama di Garuda Yaksa Hall Hambalang saat Rapimnas bersama semua pengurus DPP, DPD, DPC, organisasi sayap Partai Gerindra se-Indonesia. Lalu yang kedua, di Indonesia arena di hadapan 5.000-an peserta apel kader Gerindra se-Indonesia, di hadapan begitu banyak anggota legislatif Gerindra yang terpilih dan di depan para calon kepala daerah yang diusung dan didukung Partai Gerindra.


Petuah Ben Mboi

Ada tiga sosok yang menjadi mentor politik Prabowo. Salah satunya justru datang dari Nusa Tenggara Timur yakni mendiang Gubernur NTT periode 1978 – 1988, Brigjen TNI (Purn.) dr. Aloysius Benedictus Mboi, M.PH yang lahir 22 Mei 1935 dan wafat 23 Juni 2015. Gubernur Ben Mboi adalah seorang yang mengawali karir di dua bidang sekaligus yakni kesehatan dan militer pada waktu bersamaan. Sebagai prajurit, Ben Mboi pernah ikut dalam operasi naga sebagai bagian dari Operasi Trikora untuk merebut Irian Barat dari Penjajahan Belanda. 

Pada suatu kesempatan, dalam perjumpaan dengan Pak Ben Mboi, ada petuah (yang kalau dalam TNI dibahasakan sebagai perintah atau instruksi) kepada Prabowo. Petuah itu begini. “Prabowo, love your people, use your common sense. Prabowo, cintai rakyatmu dan gunakan akal sehatmu). Mungkin Pak Ben Mboi paham bahwa Prabowo kala itu sedang berusaha mendirikan partai dan akan menjadi pemimpin politik di tanah air suatu saat nanti. Maka pesan beliau sangat bermakna, cintai rakyat dan gunakan akal sehat.

Pesan Gubernur Ben Mboi terus menginspirasi Prabowo hingga saat ini, bahkan di saat beliau sedang mempersiapkan diri untuk dilantik sebagai Presiden RI 20 Oktober 2024 mendatang. Tugas pemimpin dan kewajiban moral pemimpin itu mencintai rakyatnya. Tetapi dengan satu prasyarat, gunakan akal sehat. Mencintai rakyat tidak harus melalui hal-hal yang bertentangan dengan regulasi dan kebijakan umum. Mencintai rakyat harus tetap dalam koridor aturan. Anda tidak bisa menjadi pemimpin yang korup hanya karena alasan mencintai rakyat. Itu nonsense. Maka benar mendiang Pak Ben Mboi, love your people, use your common sense.

Begitu hormat dan cintanya Prabowo pada seniornya Ben Mboi, seingat saya di awal-awal pembentukan Partai Gerindra tahun 2008 silam, Prabowo berkunjung dan berjumpa Pak Ben Mboi di kediamanya Oetona Kelurahan Bakunase 2 Kota Kupang. Ketika menjadi Menteri Pertahanan RI, Prabowo menginisiasi berdirinya Politeknik Universitas Pertahanan (Unhan) di Atambua Kabupaten Belu. Sekali lagi untuk menghormati sang mentor politiknya, Politeknik Universitas Pertahanan ini dinamakan Politeknik Unhan Ben Mboi. Pada tanggal 24 Maret 2022, saat Presiden Jokowi meresmikan politeknik Unhan ini, hadir langsung ibu Nafsiah Mboi, isteri mendiang Pak Ben Mboi untuk menerima apresiasi dari Kementerian Pertahanan dan Pemerintah RI. 


Pendekar Politik

Petuah untuk selalu mencinta rakyat dengan akal sehat menjadi tugas dan tanggung jawab moral yang akan Prabowo emban sebagai Presiden RI lima tahun ke depan. Tetapi hemat saya ini juga merupakan panduan bagi setiap calon pemimpin, bagi para calon kepala daerah yang sedang berjuang mendapatkan amanah rakyat, bagi para anggota legislatif yang telah diberi tanggung jawab untuk menjadi jembatan aspirasi rakyat. 

Mengingat petuah di atas harus diperjuangkan dan mesti diupayakan, maka bagi Prabowo para kader Gerindra tidak cukup menyebut dirinya sebagai politisi atau politikus. Baginya, para kader Gerindra adalah pejuang politik dan pendekar politik. Ini yang selalu ditekankan dan disampaikan kepada seluruh kader Gerindra. Sebagai pendekar politik, jatuh itu biasa. Kalah dan dikalahkah dalam pertarungan itu biasa. Tetapi jiwa ksatria harus terus menyala agar setiap jatuh bisa bangkit lagi, setiap kalah bisa berjuang lagi.

Di hadapan ribuan kader dalam Rapimnas Gerindra di Hambalang, Prabowo menyampaikan terima kasih kepada seluruh kader yang terus setia di jalan perjuangan bersamanya. “Saya jatuh berkali-kali. Setiap kali saya jatuh, kalian mengangkat saya. Saya jatuh lagi, kalian mengangkat saya lagi. Saya berterima kasih untuk kesetiaan kalian semua.” 

Dari pengalaman kejatuhan itu, Prabowo bangkit, berbenah, berjuang lagi hingga akhirnya meraih kemenangan dalam Pilpres. Tidak cukup memang hanya menjadi politisi. Kita perlu bertransformasi menjadi pejuang politik bahkan hingga level pendekar politik. Prabowo adalah mentor politik kita dalam hal patriotisme, konsistensi perjuangan, kesetiaan bersama rakyat. Buahnya, Gerindra menjadi akbar dan akrab di hati rakyat Indonesia. Salam Indonesia Raya!  


Iklan

Iklan