“Apakah Yang Harus Kami Perbuat?”

Kotbah Minggu Adven III/C (2024), 

Bacaan: Sef. 3:14-18a/ Yes.12:2-3; Flp.4:4-7; Luk. 3:10-18. 

Oleh: Germanus Attawuwur 

BAPA, ibu, saudara, saudari yang terkasih, hari ini kita memasuki minggu adven III. Minggu adven III biasa dirayakan sebagai Minggu Gaudete atau Minggu Sukacita. Kita bersukacita karena sudah melewati masa-masa tobat, sudah membersihkan hati dan siap menyongsong kelahiran Yesus. Ketika kita memasuki Minggu Gaudete, kita mendengar kelanjutan injil minggu yang lalu. Minggu yang lalu kita dengar seruan Yohanes Pembaptis di Padang Guru:” Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni engkau.” Hari ini perikope itu dilanjutkan dengan orang-orang yang mendengar seruan Yohanes Pembaptis lalu datang menjumpai Yohanes Pembaptis di sungai Yordan, di Galilea. Bila kita cermati injil hari ini, maka ada tiga kelompok orang yang mendengar seruan Yohanes Pembaptis dan datang ke Padang Gurun. Kelompok pertama adalah orang banyak. Tentu mereka itu adalah orang-orang Yahudi. Kelompok ini bertanya kepada Yohanes Pembaptis, apakah yang harus kami perbuat? Kelompok kedua adalah pemungut cukai. Pertanyaan mereka sama seperti kelompok pertama, apakah yang harus kami perbuat? Kelompok ketiga adalah para prajurit. Mereka datang dengan pertanyaan yang sama seperti kedua kelompok terdahulu, apakah yang harus kami perbuat? Ketiga kelompok ini tahu diri bahwa sebagai manusia mereka punya cacat celah. Mereka punya salah dan dosa. Karena itu mereka mau bersih diri dan tata hati untuk menjawab seruan Yohanes Pembaptis:” Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni dosamu.” Seruan inilah yang menjadi dasar ketiga kelompok ini mengajukan pertanyaan yang sama itu.

Maka kepada kelompok pertama Yohanes Pembaptis menjawab:”Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian. " 

Sementara kepada kelompok kedua, - pemungut cukai -, Yohanes Pembaptis menjawab:”Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu. "

Pemungut cukai, merupakan orang-orang yang bertugas mengumpulkan pajak dari masyarakat Yahudi untuk diserahkan kepada pemerintah Romawi di Palestina sekitar abad pertama. Pemungut cukai, - penagih pajak - merupakan salah satu jenis pekerjaan yang menggiurkan masyarakat Yahudi waktu itu. Tetapi mereka yang hendak bekerja di sini harus memiliki keahlian jika ingin duduk dalam posisi tersebut. Mereka harus memiliki kemampuan menulis, membaca, dan berhitung. Selain itu, mereka harus memiliki kemampuan untuk berkomunikasi atau negosiasi dengan orang-orang, baik pejabat pemerintahan maupun rakyat biasa. Karena mereka berasal dari masyarakat, maka mereka dituntut untuk tidak terlalu menindas rakyat sendiri. Mereka juga dituntut untuk menghindar dari pejabat pemerintah yang korup. Karena pekerjaan mereka seperti itulah maka Yohanes Pembaptis menasehati mereka:”Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu. "

Lalu, tibalah kita pada kelompok terakhir,  para prajurit. Kemungkinan mereka adalah prajurit raja Herodes Antipas. Herodes Antipas adalah raja wilayah Galilea. Para prajuritnya kemungkinan besar adalah orang Yahudi dan tentara bayaran non-Yahudi. Mereka datang kepada Yohanes Pembaptis meminta untuk dibaptis. Kepada mereka Yohanes pesan:”Jangan merampas dan jangan memeras  dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." 

Kepada ketiga kelompok itu, Yohanes Pembaptis pesan sesuai ke-kini-an mereka di saat itu. Kepada orang banyak Yesus pesan untuk memberi  makan dan juga pakaian kepada orang-orang yang benar-benar membutuhkan. Mereka yang perlu diberi sentuhan kemanusiaan adalah para janda dan yatim piatu. Mereka kurang beruntung nasipnya. Karena itu mereka selalu terpinggirkan, karena ketiadaan makanandan pakaian.  

Menarik adalah kedua kelompok terakhir. Nasehat Yohanes Pembaptis mirip, karena kedua kelompok ini memiliki “kedudukan/jabatan” di tengah masyarakat. Karena punya jabatan maka sering menyalahgunakan jabatan. Mereka sering menagih lebih atau memeras dan bahkan merampas. Karena itu maka Yohanes Pembaptis beri jawaban kepada kedua kelompok ini:” Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu. :”Jangan merampas dan jangan memeras  dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu."  Dari nasehat ini, Yohanes Pembaptis hendak menyampaikan pesan bahwa jangan serakah tetapi jalani hidup dengan ugahari. Jangan rakus dengan harta tetapi hiduplah dengan sederhana. Tidak boleh korupsi. Karena korupsi itu mengkhianati integritas diri. Maka dari itu Yohanes pesan:” Cukupkanlah dirimu dengan upahmu.” 

Saudara-saudara yang terkasih, ketika kita sedang berada pada masa adven ini, kata-kata Yohanes Pembaptis seminggu yang lalu, tentu masih terekam dalam memori kita:” Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Tuhan akan mengampuni engkau.” Maka, sangat relevan jika kita ulangi pertanyaan ketiga kelompok tadi:” Apakah yang harus kami perbuat?” Dengan kata lain, kita, - anda dan saya – harus buat apa untuk menyiapkan diri dan menata hati?  Maka mari kita masing-masing periksa diri::”Apakah kita adalah orang-orang apatis, yang acuh tak acuh kepada orang-orang yang menderita, yang tertimpah bencana dan kemalangan hidup, sehingga masih menjadi relevan bagi kita semua nasehat Yohanes Pembaptis:”Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian?”  Apakah kita begitu kuat mencintai diri sendiri sehingga pada masa persiapan natal ini, kita mulai menghitung-hitung, kira-kira pakaian model yang bagaimana yang akan saya kenakan di Malam Natal Kudus, agar saya terlihat anggun, cantik menawan dan berwibawa? Lalu, menu apakah yang harus saya siapkan untuk jamuan natal bagi keluargaku? Kue-kue natal berbagai rasa, warna dan bentuk yang bagaimanakah harus saya siapkan buat tetamuku? Saudaraku, ketika kita sedang memikir dan menghitung semuanya itu, pernahkah terlintas di pikiran kita, orang-orang yang perlu mendapatkan sentuhan kasih sayang natal dari kita? Bila mereka adalah orang-orang yang terlupakan, maka nasehat Yohanes Pembatis perlu kita laksanakan:” Jika anda punya  dua helai baju, berbagilah kepada yang tidak punya, dan jika punya makanan dan kue natal lebih, berbagilah.” Tidak boleh kikir. Jangan pelit. Musti bermurah hati. Jadilah orang dermawan. Pakailah hartamu untuk berbuat baik.

Lalu, kepada mereka yang memiliki kedudukan dan jabatan entah di kantor-kantor swasta maupun pemerintah, ingat baik-baik pesan Yohanes Pembaptis:” Jangan menagih lebih dari yang ditentukan. Jangan memeras atau merampas. Jangan korupsi. Jangan ambil hak orang lain, tetapi cukupkanlah dirimu dengan gajimu.”

Saudara-saudaraku, bila kita melaksanakan nasehat Yohanes Pembaptis dengan hati yang tulus ikhlas, tanpa ada pamrih apapun, maka kita, anda dan saya patut bersukacita, sebagaimana kata-kata Paulus dalam surat kepada jemaat di Filipi:” Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!”*(ger)

Iklan

Iklan