STIKUM Kampus Di Kampung Punya Profesor dan Lahirkan Pengawal Supremasi Hukum Berkualitas

Kupang, mutiara-timur.com || SEKOLAH Tinggi Ilmu Hukum (STIKUM) Prof. Dr. Yohanes Usfunan Jl. Pendidikan, Kampung Bajawa, Nasipanaf, Kupang  sebuah perguruan tinggi yang membuktikan bahwa kampus yang berada di Kampung, ini bukan kampungan, walaupun kampung tapi mampu mencetak lulusan berkualitas karena punya profesor dan para dosen luar biasa.

Tokoh masyarakat, Titi Eky, memberikan apresiasi kepada STIKUM dalam sambutan yang penuh makna pada Sabtu, (7/12/24) di Kampus perguruan tinggi tersebut. 

Ia menyebut STIKUM bukan sekadar perguruan tinggi, melainkan sekolah luar biasa yang melahirkan sarjana hukum bermutu berkat tenaga dosen terdiri dari profesor, para doktor dan juga magister strata dua hukum.

Menurut Titi Eky, kampus ini berhasil mengintegrasikan dua pola hukum di Indonesia: hukum barat yang tertulis dan hukum adat yang hidup di masyarakat, menjadikannya pusat pembelajaran nilai-nilai kehidupan dan ilmu hukum. 

Kepada para wisudawan Titu Eki mengatakan, "hari ini saudara- saudara diwisuda dan buku-buku ilmu hukum mungkin telah ditutup kalian. Janganlah demikian, sama sekali tutup buku-buku hukum, karena kamu akan mulai membuka buku-buku kehidupan. Janganlah seperti itu tapi sandingkanlah keduanya. Di masyarakatlah mata hati kalian akan melihat nilai-nilai kehidupan yang ada di masyarakat." 

Ia juga menekankan bahwa lulusan hukum harus memiliki perspektif luas, tidak hanya terpaku pada supremasi hukum, tetapi juga memastikan kesetaraan di hadapan hukum. 

"Hukum adalah panglima tertinggi, tapi jangan lupa, di belakang supremasi hukum ada equality. Semua harus sama di mata hukum, tanpa melihat jabatan, kekuasaan, atau kekayaan," tegasnya.

Titu Eky mengingatkan bahwa kampus-kampus hukum seperti STIKUM harus mempersiapkan para sarjana untuk menjadi "kuli hukum," yakni pekerja keras yang berjuang terus-menerus membangun sistem hukum yang adil di Indonesia. 

Ia juga mengkritisi dominasi hukum barat dalam sistem hukum Indonesia, menekankan pentingnya memadukan rasionalitas hukum barat dengan nilai-nilai komunitas adat.

Pidato inspiratif ini menjadi pengingat bahwa hukum bukan hanya tentang buku, tetapi juga tentang kehidupan nyata. STIKUM dan lulusannya kini menjadi harapan besar bagi pembangunan sistem hukum yang berkeadilan di Indonesia.

 "Kampus ini berada di kampung mungkin terpencil, tapi ilmu ada di sini," tutup Titu Eki mantan Bupati Kabupaten Kupang dengan penuh kebanggaan.*(usgo)


Iklan

Iklan