Mutiara-timur.com || Plt. KEPALA Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT, Joaz B. Oemboe Wanda, SP, menyatakan pentingnya pupuk sebagai sarana utama mendukung produktivitas tanaman pangan seperti padi dan jagung di NTT.
Dalam keterangannya, Senin (16/12/2024), Umbu menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Pertanian atas berbagai terobosan regulasi yang memangkas mata rantai distribusi pupuk, memudahkan akses bagi para petani.
Menurut Umbu, kuota pupuk subsidi untuk NTT saat ini mencapai 88 ribu ton urea dan NPK, meskipun kebutuhan sesungguhnya mencapai hampir 400 ribu ton untuk 190 ribu hektar sawah di NTT. Ia menjelaskan bahwa kendala transportasi dan biaya sering kali menghambat penyaluran pupuk, terutama bagi petani yang memiliki daya beli rendah.
“Solusi ke depan, kami akan memperbanyak KPL (Kios Pengecer Lengkap) di sentra produksi dengan syarat adanya gudang dan manajemen yang baik. Selain itu, kami juga mengedukasi petani untuk menggunakan pupuk organik seperti kompos dan pupuk kandang. Selain ramah lingkungan, pupuk organik mampu memperbaiki unsur hara tanah,” ujar Umbu.
Umbu menekankan bahwa pupuk organik menjadi solusi berkelanjutan untuk mengurangi ketergantungan terhadap pupuk subsidi. “Dengan pupuk organik, ekonomi petani bisa meningkat, sehingga mampu menebus pupuk non-subsidi,” tambahnya.
Selain itu, Umbu juga menanggapi wacana Menteri Pertanian terkait penyaluran pupuk langsung ke desa. Ia berharap aturan yang jelas segera disiapkan agar terobosan ini dapat dieksekusi dengan baik tanpa kendala administratif.
Dalam upaya mendukung program swasembada pangan nasional dan membuka lahan pertanian baru, Umbu menyampaikan usulan ke pemerintah pusat untuk tidak hanya mencetak sawah, tetapi juga mencetak lahan pertanian kering (LAKER) dengan memastikan dukungan irigasi dan embung. “Lahan kering di NTT sangat luas, sekitar 4,7 juta hektar, dan menjadi potensi besar jika dikelola dengan baik,” jelasnya.
Umbu juga menyoroti minimnya keterlibatan anak muda dalam pertanian. “Banyak pemuda lebih memilih pekerjaan cepat menghasilkan uang seperti ojek atau konten kreator di media sosial. Padahal, sektor pertanian memiliki potensi ekonomi yang jauh lebih besar dan berkelanjutan,” ujarnya.
Untuk mengatasi hal ini, Umbu mendorong kegiatan bimtek dan padat karya yang melibatkan pemuda serta mengedukasi mereka menjadi petani milenial yang produktif. “Kita tidak boleh menjadi penonton di tanah kita sendiri. Pertanian adalah masa depan ekonomi bangsa,” tutupnya. (go)