Oleh: Vinsens Al Hayon |
Kupang, MT || “AKHIR tahun 2024 dan awal tahun 2025 bedanya tipis sekali. Walau ada sedikit cela namun tak bisa disambung. Lalu dengan apa menyambungnya? Mungkinkah “suykur” menjadi penyambungnya”. Dengan syukur, kita diajak untuk ‘nrimo’, melepas ‘waktu kemarin’ dan menyambut ‘waktu sekarang’.
Waktu dan manusia bagai satu koin punya dua sisi. Satu tidak dilepaskan dengan yang lain. Karena manakala waktu berputar (berlangkah maju), manusia pun ikut berputar (bergerak maju) di dalamnya. Pepatah Latin menyebutnya sebagai, “Tempus mutantur et nos mutamur in illis”.
Talian erat antara manusia dan waktu sediakan peluang besar kepada pengguna waktu untuk bisa merasakannya atau juga tidak merasakan. Sehingga ketika perputaran waktu mencapai titik batas –angka final. Dengan mudah lahir ungkapan ini, “Time flies like an arrow,” (waktu melesat pergi seperti anak panah).
Waktu dirasakan berlalu begitu cepat serupa terbangnya anak panah menuju sasaran bidik. Bagi yang merasakan waktu di tahun 2024, ia akan bersyukur dan mengajak semesta mengulangi syair tembang Ebiet G. Ade ini, “Kita mesti besyukur karena kita masih diberi waktu. Entah sampai kapan, tak ada yang bakal dapat menghitung. Hanya atas kasih-Nya, hanya atas kehendak-Nya kita masih bertemu matahari di tahun 2025.
Bagi yang tidak merasakan sedidikitpun “getaran” waktu di tahun 2024, ia juga masih diberi kesempatan untuk meminjam catatan pada rumput ilalang dan pada bintang gemintang untuk bercermin diri dan siap menghadapi tahun 2025.
Sepertinya “Akhir tahun dan awal tahun beda tipis. Beda besarnya adalah syukur. Artinya, secara manusiawi syukur dapat ‘banyak’ dalam waktu yang menguntungkan dan mungkin ‘kurang’ manakala waktunya tidak menguntungkan.
Untuk mendeteksinya, data pribadi, fakta bahkan mungkin keadaan yang dialami mencatatnya dengan baik di tahun kemarin dan sekarang siap berhadapan dengan soal, “bagaimana melepas waktu kronos yang menguntungkan dan tidak menguntungkan itu dan bernazar untuk menjadikan setiap moment di tahun 2025 menjadi waktu kairos, waktu bernilai berkat.
Orang Yunani membagi waktu ke dalam dua jenis, yaitu waktu “Kronos” dan waktu “Kairos”. Waktu Kronos secara umum, berjalan seperti jam ke jam, hari ke hari, minggu ke minggu, bulan ke bulan, hingga tahun ke tahun dan seterusnya.
Waktu/ Kronos, paling konsisten (1 menit 60 detik, 1 jam 60 menit, satu hari 24 jam, seminggu 7 hari, dstnya). Waktu yang demikian menekankan urutan peristiwa atau kejadian. Lalu kita kenal apa yang disebut kronologi. Kita telah melepas waktu kronos, Tahun 2024, dan masuk ke tahun 2025. Secara angka, waktu kronos jelas, dia berlalu.
Sedangkan “Kairos” berarti esensi/ hakekat waktu, saat atau momen di dalam waktu. Momen di dalam waktu ini tidak terulang kembali. It flies away. Pergi dan tidak kembali. “Kairos” ada dalam “Kronos” itu. Jadi memberi isi (kairos) pada waktu (kronos) itulah yang penting. Apakah sama persis dengan tahun kemarin? Kita akan lihat di tahun 2025. Apakah banyak menguntungkan atau merugi?
“Waktu Kronos” bisa saja berjalan tanpa “Kairos”. Artinya “Kairos” sebagai peristiwa bermutu, bernilai, esensi satu karya, apa yang dilakukan, diisi dalam waktu atau ada dalam waktu Kronos? Sangat bergantung pada setiap pribadi. Karena tidak setiap waktu kronos memuat kairos (memuat saat berkat). Pengalaman di tahun kemarin menjadi rujukannya.
“Kairos” menjadikan “Kronos” berarti. Karena itu “Kairos” diartikan sebagai kesempatan berharga, mulia, agung, bernilai berkat dan istimewa (bisa juga terbatas), cirikhasnya berjalan terus (mengalir) dan tidak mungkin terulang kembali. Oleh karenanya “Kairos” dalam “Kronos harus digunakan atau dimanfaatkan sebaik-baiknya. Hal ini senada dengan seruan Santo Paulus, “Pergunakan waktu dengan baik”.
Filsuf besar dari Efesus di zaman Yunani kuno, Heraclitus juga berbicara tentang waktu dengan ungkapkan ini, “Panta rhei kai ude menei.” Artinya, ‘sungai mengalir dan tak akan pernah kembali lagi’, (https://journal.forikami.com). Waktu seperti aliran air sungai itu. mengalir pergi.
Waktu adalah elemen kehidupan yang sangat menentukan. Waktu bagi manusia hanya ada jalan maju. Ia terus mengalir. Ia terus berlalu dan hilang seketika. Karenanya Ralph Waldo Emerson (1803-1882) seorang motivator, penyair, dan filsuf berkebangsaan Amerika sangat menekankan pentingnya mengisi waktu - Saat Kairos. Pandangannya, “saat ini, sama seperti saat-saat yang lain, yaitu merupakan waktu yang berharga, jika kita tahu, kita pun tahu apa yang harus kita lakukan dengan waktu yang ada.”
Pandangan Ralph menekankan bahwa waktu (kairos) sebenarnya selalu datang dalam hidup kita, namun acap kali kita tidak menyadarinya, efeknya tidak tahu apa yang harus dilakukan, dan akhirnya waktu atau kesempatan tersebut hilang begitu saja -mengalir pergi-, Time flies like an arrow.
Pertanyaan reflektifnya, “Bagaimana menyikapi waktu untuk tahun ini?” Jawabannya, “Gunakan waktu dengan baik untuk hal-hal yang berguna atau bermanfaat untuk hidupmu, sesama, dan lingkungan. Ini lah tiga hal peruntukan waktu kairos sebagai bukti revelasi “Sang Waktu” yang paling nyata. Kita harus mewujudkannya karena kita adalah pribadi, memiliki intuisi dan terkoneksi dengan sesama dan lingkugnan dalam waktu dan terarah kepada “Deus Esta Conosco” (Emanuel). ***