Kupang, - UPAH Guru dibawah kisaran dua ratus sampai tiga ratus ribu rupiah pembayaran dari Sekolah terkadang tiga bulanan, bahkan ada guru dibayar di bawah titik terendah lima puluh ribu rupiah. Itulah berdasarkan temuan Ketua Yayasan PLP, Aplonia Dethan dan dibenarkan oleh Linda guru yang telah lama mengabdikan diri di SMA PGRI Kupang. Hal ini terungkap pada Rabu, (26/03) ketika para guru didampingi Ketua YPLP dalam forum audiensi dengan Ketua PGRI NTT Dr. Semuel Haning, S.H., MH., C.Me., C.PArb
"Saya setelah mendapat SK sebagai pengurus dari YPLP langsung saya melakukan pengawasan turun ke sekolah SMA PGRI Kupang dan saya menemukan bahwa pengelolaan sekolah ini sangat memprihatinkan guru-guru diberi gaji Rp.300.000, terkadang turun Rp.200.000. Gaji terkadang dibayar 3 bulan sekali bahkan tidak dan pada bulan Desember ada yang menerima Rp.50.000," ungkap Aplonia Dethan.
Ketua YPLP Aplonia Dethan pada pertemuan ini juga menyampaikan keprihatinannya akan pengelolaan sekolah tersebut termasuk juga ia mengungkapkan tentang pengelolaan dana BOS yang seolah-olah tersumbat informasi bagi para guru.
"Dana BOS itu ada diberi oleh pemerintah untuk SMA PGRI namun pengelolaannya terkesan tertutup dan para guru pun tidak tahu sama sekali kalau saja dikelola secara bagus maka gaji para guru bukan seperti itu bisa mencapai 1 jutaan inilah model keturunan yang dilakukan oleh kepala Sekolah saya ketika tidak disukai kehadiran saya Saya tetap tidak peduli karena saya setelah mendapat SK sebagai pengurus tugas saya adalah melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perjalanan sekolah tersebut," ujar Ketua Yayasan.
Manajemen kepala sekolah yang tertutup dan informasi penggunaan dana BOS yang tidak diketahui para guru bahkan oleh bendahara dengan memperlakukan dengan diperlakukan upaya yang sangat rendah bahkan kurang manusiawi, dibenarkan oleh Linda salah seorang guru yang mewakili rekan-rekan gurunya pada audiens tersebut.
"Iya dana BOS itu ada saya juga pernah dipercayakan menjadi bendahara dengan besaran sekitar 20 juta tapi itu dana Saya hanya dengar saja semuanya dikelola oleh kepala Sekolah jadi saya tidak punya hak untuk mengatur itu karena saya tahu namun perlakuan akan hak terutama upah atau gaji sungguh menyakitkan," tutur Linda.
Guru Linda yang sudah lama mengabdikan diri di tempat itu karena berpikir akan masa depan anak-anak yang sekolah di situ juga mengungkapkan rasa prihatinnya ketika ada guru yang sudah keluar dan ada yang lamar baru mau mengabdikan diri ke tempat itu karena dari aspek manajemen kepala sekolah yang sangat tidak baik itu.
Dia merasa sakit dan kasihan hanya dalam keadaan tertentu guru-guru itu bersedia mau mengabdikan diri pada sekolah itu namun ia tidak mengungkap kepada mereka dan realitanya dalam perjalanan hak yang mereka terima perlakuannya benar-benar seperti terungkap oleh Ketua YPLP.
"Gaji saya itu pernah tertinggi Rp. 300.000 bahkan 375 namun turun kembali dengan Rp. 200.000 dan itu pun diterima tidak setiap bulan ada yang dua atau tiga bulan sekali, maka saya itu prihatin ketika ada guru-guru yang datang melamar sekolah di sini saya mau sampaikan hal itu kepada mereka tetapi rasanya Saya tidak pantas mengungkapkan hal itu saya biarkan ke Amerika ingin mengabdikan diri pada sekolah ini dan saya yakin mereka akan merasakan bagaimana upah yang akan mereka terima. Dan itu terjadi Mereka menerima upah bahkan ada yang Rp 150.000 bahkan ada sampai Rp 50.000," ujarnya.
Linda guru SMA tersebut juga mengatakan dirinya pernah dinilai sebagai provokator di sekolah tersebut. Hal ini terjadi ketika ia memberikan ide atau masukan tentang bagaimana mempromosikan sekolah ini sehingga banyak minat anak-anak bisa sekolah ke situ dengan kerjasama pada sekolah UPG 1945 NTT sehingga bisa mendapat beasiswa dan anak-anak itu nanti ke depan menjadi mahasiswa di sekolah universitas itu.
"Saya pernah dinilai sebagai provokator di sekolah ini karena saya memberikan gagasan agar kalau bisa sekolah ini dipromosi sehingga banyak anak yang masuk di sekolah ini lalu mereka akan mendapat beasiswa dengan kerjasama atau kolaborasi pada universitas yang dikelola oleh Bapak Sam Haning ketua PGRI. Tujuan saya supaya bisa mengatasi berbagai permasalahan di sekolah ini dan kalau anak-anak banyak di sekolah sini saya katakan bisa melalui kerjasama dengan universitas PGRI. Karena Bapak Sam Haning ada di sana sehingga bisa bantu beri solusi supaya anak-anak ini mendapat beasiswa PIP, dan ketika
anak-anak yang lulus kemudian wajib hukumnya mereka akan sekolah pada universitas PGRI (UPG 1945 NTT- red). Itu saya dikatain sebagai provokator," ulas Linda.
Dr. Sam Haning Ketua Badan Pelaksana Harian PGRI NTT dalam kesempatan ini menyatakan rasa prihatin dan kepeduliannya serta sikap tegasnya yang akan diambil guna pembaharuan dan pengembangan SMA PGRI Kupang ke depan.
"Sebagai ketua PGRI saya memuji dan menghargai komitmen kalian guru-guru yang mengabdi selama ini di SMA PGRI sebagai alumni saya dan juga Bapak Victor Liaskodat. Saya sangat prihatin dengan pengelolaan sekolah seperti ini, hal ini sebenarnya tidak boleh terjadi karena itu kita akan benahi manajemen ke depan. Kepada ibu ketua Yayasan agar lakukan pengawasan pemantauan dan dampingi para guru serta lakukan hal-hal yang perlu untuk pengembangan keberlanjutan sekolah ini lebih baik kita akan jalan bersama." ungkapnya.
Sam Haning juga menaruh rasa ibanya secara kemanusiaan akan hak para guru yang diperlakukan selama ini dengan gaji yang begitu rendah. Karena itu yang memberi harapan baru dan peneguhan kepada para guru dengan berupaya mencari tahu semangat dan komitmen para guru lalu mengapresiasi hak para guru mulai bulan depan.
" Para guru semua saya ingin mengetahui hati kalian apakah kalian masih punya komitmen mengabdikan diri pada SMA PGRI ini. Kena SMA ini adalah agama saya juga dan terus terang juga merupakan almamater Victor Laiskodat mantan Gubernur NTT. Saya ingin sekolah ini punya reputasi yang baik dan ke depan bisa melahirkan anak-anak generasi baru sebagai Viktor Laiskodat dan Sam Haning berikutnya. Sekolah ini harus punya nama dan bisa diperhitungkan karena punya alumni dua orang seperti saya dan Victor," ujar Sam Haning.
Respon para guru terhadap pertanyaan dan pernyataan Ketua PGRI NTT, dengan kesiapan dan tetap komitmen untuk terus mengabdikan diri pada SMA PGRI maka Sam Haning mengatakan mulai bulan depan hak mereka mengalami perubahan tidak seperti sebelumnya.
"Karena begitu besar kecintaan kamu dan komitmen kamu telah menyatakan ingin terus mengabdikan diri untuk membesarkan sekolah PGRI ini sehingga dia tetap eksis dan berlanjut maka mulai bulan depan gaji kalian semua para guru saya naikkan menjadi Rp.500.000. sekali lagi dengan pertimbangan kemanusiaan dan semangat serta sikap kalian mencintai sekolah ini bulan depan gaji kalian menjadi Rp. 500.000," tegas Sam Haning.
Ketua PGRI juga menegaskan ke depan seluruh Sekolah PGRI di NTT perlu memperhatikan para guru dengan baik dan harus berkolaborasi mengelola lembaga pendidikan tersebut sebagai sekolah yang mampu bersaing dengan sekolah lain di NTT khususnya dan Indonesia umumnya.
Pernyataan ketua PGRI ini disambut dengan tepuk tangan dan diberi apresiasi yang tinggi para guru dengan mengucapkan terima kasih dan kesediaannya untuk terus menjadi guru pada sekolah SMA PGRI Kupang. *(go)