Duka Dunia: Paus Fransiskus Wafat di Vatikan, Gereja Kehilangan Gembala Kasih

"Dalam usia 88 tahun, Paus Fransiskus menghembuskan napas terakhir di Casa Santa Marta. Vatikan mengumumkan duka mendalam dan mempersiapkan pemakaman sederhana sesuai kehendaknya."


Vatikan, 21 April 2025 — DUNIA kembali kehilangan salah satu tokoh paling berpengaruh di abad ini. Paus Fransiskus, pemimpin spiritual Gereja Katolik Roma dan tokoh perdamaian global, wafat pada Senin pagi pukul 07.35 waktu setempat, di kediamannya, Casa Santa Marta, Vatikan.

Kabar duka tersebut diumumkan secara resmi oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo dari Kamar Apostolik, pada pukul 09.45 pagi:

“Saudara-saudari terkasih, dengan duka yang mendalam saya harus mengumumkan bahwa Bapa Suci kita, Paus Fransiskus, telah wafat. Pagi ini, pukul 07.35, Uskup Roma, Paus Fransiskus, telah kembali ke rumah Bapa. Seluruh hidupnya dipersembahkan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya. Ia mengajarkan kita untuk hidup setia pada nilai-nilai Injil dengan keberanian dan cinta kasih yang mencakup semua, terutama bagi mereka yang miskin dan terpinggirkan.”

Riwayat Kesehatan: Perjuangan Panjang Hingga Akhir

Lahir dengan nama Jorge Mario Bergoglio di Buenos Aires, Argentina, pada 17 Desember 1936, Paus Fransiskus telah lama berjuang dengan masalah pernapasan. Pada tahun 1957, ia menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru akibat infeksi berat. Seiring bertambahnya usia, kondisi tersebut terus membayanginya.

Pada 14 Februari 2025, Paus dilarikan ke Rumah Sakit Poliklinik Agostino Gemelli karena bronkitis akut. Beberapa hari kemudian, dokter mendiagnosis pneumonia bilateral. Meski sempat menunjukkan tanda pemulihan dan kembali ke Casa Santa Marta, kondisi beliau memburuk dalam beberapa hari terakhir hingga akhirnya wafat.

Kesehatan beliau juga sempat terganggu pada November 2023, ketika beliau membatalkan kunjungan ke Uni Emirat Arab akibat influenza dan peradangan paru-paru.

Pemakaman Paus: Sederhana, Penuh Makna

Meski menjabat sebagai pemimpin umat Katolik sejagat, Paus Fransiskus secara konsisten menolak kemewahan duniawi. Ia telah menyiapkan tata cara pemakamannya sendiri sejak awal 2024, melalui persetujuan terhadap edisi terbaru dari Ordo Exsequiarum Romani Pontificis ritus resmi pemakaman Paus.

Aturan terbaru ini mengatur bahwa penetapan kematian dilakukan di kapel, bukan kamar wafat, dan jenazah langsung dimasukkan ke dalam peti. Kepala Upacara Apostolik, Uskup Agung Diego Ravelli, menyatakan bahwa Paus menghendaki upacara yang “sederhana dan mencerminkan iman kepada Kristus yang bangkit.”

 “Ritus yang diperbarui ini ingin menegaskan bahwa pemakaman seorang Paus adalah pemakaman seorang gembala dan murid Kristus, bukan seorang tokoh duniawi yang berkuasa,” ujar Ravelli.

Hingga saat ini, tanggal resmi misa pemakaman belum diumumkan oleh Vatikan. Namun, diyakini akan dilaksanakan di Lapangan Santo Petrus dengan kehadiran para pemimpin dunia, tokoh lintas agama, dan jutaan peziarah dari berbagai penjuru dunia.

Warisan Paus Fransiskus: Gembala Bagi Dunia

Menjadi Paus ke-266 dalam sejarah Gereja Katolik dan Paus pertama dari Amerika Latin, Paus Fransiskus dikenal karena keberaniannya dalam membela kaum miskin, memperjuangkan keadilan iklim, dan membuka dialog lintas agama. Ia juga dikenal sebagai pemimpin yang rendah hati memilih tinggal di rumah tamu Casa Santa Marta ketimbang Istana Apostolik, dan kerap menghindari protokol yang megah.

Paus Fransiskus mengubah wajah Gereja Katolik menjadi lebih terbuka, ramah, dan penuh kasih. Dari reformasi Vatikan, upaya penyelesaian kasus pelecehan seksual, hingga seruan untuk solidaritas global dalam menghadapi krisis dunia, warisan beliau akan terus dikenang sepanjang masa. *(go)


Iklan

Iklan